New Normal : A Criticism

New Normal

Adakah Tujuan Tersembunyi ?

Oleh Izzati

    Dilansir dari news.detik.com , New Normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Dari sudut pandang pemerintah :

Definisi new normal menurut Pemerintah Indonesia adalah tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19.

(dilansir dari tirto.id)

Berawal dari Luar Negeri

    Tentu saja pemerintah Indonesia lamban dalam berinisiatif sendiri dalam menyelesaikan masalah di negaranya. Mengapa saya bisa bilang demikian? Mari kita mengingat sejenak awal dari penyebaran virus corona di Indonesia. Waktu itu masih awal tahun 2020, dan terdengar kabar bahwa virus corona telah menyebar ke seluruh dunia di luar negara asalnya yaitu RRC. Apa yang pemerintah lakukan? Tidak ada, mereka tidak menutup akses masuk ke Indonesia, mereka tidak menyiapkan langkah langkah pencegahan. Pemerintah bergerak lambat. 

    Alhasil, masuk dua orang asing berkewarganegaraan Jepang ke Indonesia dan menularkan virus tersebut. Sekali lagi, apa yang pemerintah lakukan? Saat itu, tidak langsung diberlakukan lockdown. Indonesia masih menerima orang orang asing dari bandara dan pelabuhan. Barulah saat penyebaran sudah masik parah, lockdown diberlakukan dengan cap "terlambat".

Lockdown dan Pembatasan Sosial Berskala Besar

    Selama lockdown, banyak kisah pahit manis kehidupan di masyarakat menengah kebawah. Dalam hal ini, pemerintah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk seperti sandang , pangan, termasuk papan. Banyak sekolah sekolah dan tempat umum dijadikan sebagai tempat isolasi bagi yang telah berpergian ke luar kota. Pemerintah menangani rakyatnya dengan baik, tetapi tetap tidak tegas terhadap peraturan yang dibuat sendiri. Seperti halnya larangan untuk keluar rumah, namun tidak sedikit masyarakat yang berkeliaran bersantai ria di cafe dan tempat makan. Masih banyak juga pasar pasar dan mall belum tutup pada saat itu.

    Mengapa bisa seperti ini? Saya berpendapat, bahwa pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak didukung aspek aspek pendukungnya. Pada aturan lockdown, masyarakat dilarang keluar rumah dan berkumpul sementara tempat makan yang menjadi sarana tempat berkumpul tidak dihimbau untuk tutup. Belum lagi bantuan pangan yang tidak merata, mengharuskan masyarakat kecil tetap bekerja diluar rumah melawan bahayanya penularan virus demi bisa makan sesuap nasi setiap harinya. Kemudian tentang persebarannya yang makin meningkat. Terbanyak resikonya pada kendaraan umum dan pasar. Sekali lagi, pemerintah tidak akurat dalam melakukan programnya dalam hal rapid test dan swab test. Test pack tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melihat hasilnya dan belum tentu akurat, tetapi pemerintah tetap mempercayai test tersebut yang ternyata hasilnya banyak orang positif covid-19 tanpa gejala. 

    Peristiwa inilah yang terus berlangsung selama lockdown dan PSBB, mengingat pemerintah yang lamban dan masyarakat yang menyepelekan virus. Saya pikir, kebanyakan orang yang tidak mematuhi aturan PSBB adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang virus. Lagi lagi, pemerintah hanya menghimbau protokol kesehatan seputar masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Tidak ada edukasi tentang apa itu virus dengan penyebaran serta bahayanya. Beberapa lembaga memang ada yang memberikan edukasi melalui media sosial atau pun internet, tetapi bagaimana dengan masyarakat kecil yang tidak melek teknologi? Penularan pun tidak dapat dihindari, angka positif di Indonesia terus naik sementara negara negara lain sudah mencapai puncak dan dalam masa penurunan kurva.

New Normal  

    Indonesia memasuki bulan Juli , dimana bulan ke-6 dari pandemi yang melanda. Kurva positif covid-19 tidak kunjung melandai, padahal ekonomi sudah merugi dan krisis menyentuh 10%. Rumah sakit kehabisan tempat dan APD sampai harus import dari luar negeri, bahkan tidak sedikit yang memakai APD alternatif seadanya saking padatnya pasien yang harus dirawat. Kasus kasus penularan bermunculan dan penyemprotan disinfektan diarahkan ke berbagai lokasi rawan virus.

    Negara tetangga Australia, menyatakan pendapatnya yang ditujukan untuk Indonesia. Pemimpin negara tersebut menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara gagal dalam mengatasi pandemi untuk masyarakatnya. Bagaimana tidak Perdana Menteri Australia, Scott Morison, meragukan kinerja pemerintah Indonesia saat mendengar kabar bahwa PSBB Indonesia dilonggarkan. 

    Saat mendengar kabar tersebut, dalam pikiran saya hanya terdapat sebuah kata "KENAPA". Saya yang sebagai anak sekolah menengah atas tahu kalau ini bukan saatnya untuk melonggarkan PSBB. Angka positif covid-19 masih naik tajam, masih banyak orang tanpa gelaja berkeliaran, dan kini pemerintah ingin memberhentikan lockdown dengan alih alih New Normal.

    Sebenarnya untuk apa new normal itu sendiri disaat keadaan sama sekali belum membaik. Saya mencoba analisa dari beberapa situs berita dan pernyataan para petinggi negara. Seperti pernyataan yang saya cantumkan di awal tadi, kini kita tahu bahwa pemerintah tidak sedikitpun melirik kurva yang menjulang tinggi. Pemerintah hanya mementingkan ekonomi. Kenapa bisa saya bilang 'hanya', mungkin beberapa diantara anda semua berfikir ekonomi termasuk penting untuk berjalannya sebuah negara. Tidak dengan saya. Saya menilai ini merupakan tindakan yang sangat tidak diharapkan. 
    
    Pertama, dengan masih adanya angka positif covid-19 yang tinggi berarti tidak menjamin apakah kegiatan ekonomi tersebut aman untuk dilakukan. Untuk kesekian kalinya, banyak orang tanpa gejala yang berkeliaran dan tidak menutup kemungkinan untuk menularkan ke yang lain. 
    
    Kedua, benar saja, di masa new normal ini malah makin banyak kasus penularan baru bermunculan seperti contohnya Surabaya. DKI Jakarta pun juga begitu, sekarang hampir seluruh wilayah Jakarta berubah merah dengan pesebaran virus yang meningkat dan pertambahan angka kematian tidak bisa dihindari mengingat rumah sakit kewalahan dengan berkurangnya tenaga medis. 
    
    Ketiga, kalau sudah terjadi seperti ini tidak akan ada kegiatan ekonomi yang efektif. Bagaimana mau menghidupkan kembali ekonomi jika pelaku ekonominya saja tidak ada. Maka dari itu, saya bisa bilang bahwa kesehatan dan jaminan hidup masyarakat jauh lebih penting dari kegiatan ekonomi itu sendiri.New normal hanyalah propaganda pemerintah agar negaranya terlihat "berhasil" melewati krisis pandemi. Saya berharap anda semua yang membaca artkel ini dapan sekali lagi membuka pikiran untuk melihat dari sudut pandang berbeda, saat ini masih belum waktunya untuk bebas berkeliaran keluar rumah. Tetaplah menaati protokol kesehatan dan jaga diri kalian masing masing.


Comments

Popular posts from this blog

CITA-CITA : A Theory of Happiness

Hello World